Pertanyaan ini tentu pertanyaan yang tidak berdasar, masalahnya rekening yang diramaikan sebagai rekening Gendut itu adalah rekening para petinggi Kepolisian yang nilainya milyaran rupiah bahkan ada yang mengatakan ratusan milyar rupiah.
Sedangkan Polisi sendiri katanya adalah aparat keamanan yang paling getol memberantas terrorist dan koruptor.
Coba kita perhatikan betapa semangatnya Polisi menangkapi dan menembaki mereka yang dituduh terrorist.
Berapa orang yang sudah ditangkap Polisi karena dituduh sebagai terorist dan berapa orang yang sudah ditembak mati oleh Polisi, padahal ada juga dari mereka yang ditangkap atau ditembak mati tanpa bukti, bahkan ada yang sudah ditembak mati katanya terorist dengan segala kejahatannya, tapi nyatanya sampai satu bulan tidak jelas siapa sebenarnya yang ditembak Polisi tersebut, yang akhirnya dimakamkan dipemakaman umum tanpa dihadiri keluarganya, dan hingga sekarang pihak Kepolisian juga tidak pernah mengakui kesalahannya (Baca
“Ternyata Dua Teroris di Cawang Masih Hidup Saat Dibawa ke Mobil” 13 Mei 2010)
Permasalahannya :
- 1.Hingga saat ini pihak Kepolisian tidak pernah transparan menjelaskan siapakah sebenarnya pemilik rekening Gendut tersebut, berapa jumlahnya, dari mana asalnya, malah dengan entengnya dijawab, masalah rekening gendut sudah selesai jangan diungkit lagi.
- 2.Banyak informasi bahwa apa yang dinamakan Polisi sebagai “ Terrorist Aceh “ pendanaannya dari Sofyan Tsauri begitu juga pelatihannya dilakukan oleh Syofyan Tsaurai bahkan tempat pelatihan menembak dilakukan di Markas Komando Brimob Kelapa Dua Depok.
- 3.Banyak Informasi bahwa Sofyan Tsauri adalah intell :
Baca : Sofyan Tsauari Dibalik Terorisme di Aceh (12 Agustus 2010) :
Sofyan Sauri adalah seorang intel yang membiayai dan melatih secara militer orang-orang yang di rekrutnya sendiri di pegunungan Aceh, bahkan dia sempat melatih di Markas Komando Brimob di Kelapa Dua, Depok.
Menurut informasi yang didapat Munarman, Sofyan saat ini telah diamankan polisi. Soal keterangan lima teroris Aceh yang mengatakan bahwa Abu Bakar terlibat, Munarman mengatakan, hal tersebut rekayasa. Kelima orang itu diyakini dipaksa menandatangani berita acara pemeriksaan yang menyatakan bahwa Abu Bakar Ba’asyir terlibat aktivitas terorisme di Aceh.
Anehnya, mereka berlatih menembak di Markas Komando Brimob. Mereka berlatih dengan senjata AK-47 dan 50 peluru tajam dalam satu sesi. Satu militan dibekali uang saku selama sebulan di Ibu Kota.
Sofyan merupakan tokoh sentral dalam pelatihan kelompok militan di Indonesia. Adapun Ba’asyir sekadar dijadikan tumbal. Fakta ini muncul dari pengakuan 13 tersangka teroris yang ditangkap di Pejaten, Jakarta Selatan, yang kemudian dilepas polisi. Oleh karena itu dapat di identifikasi dengan jelas bahwa kasus terorisme di Aceh adalah rekayasa.
Baca juga : Inilah Kronologi Peristiwa terorisasi di Aceh ( 13 Agustus 2010 )
Desember 2008, Israel melakukan agresi terhadap Gaza untuk yang kesekian kalinya tepatnya 27 Desember 2008 sampai 18 Januari 2009. Dalam serangan agresi ini, Israel menggunakan bom phosphor dan senjata kimia lainnya yang melanggar hukum internasional. Atas serangan agresi membabi-buta tersebut dunia merespon dengan mengeluarkan kecaman. Dunia Islam khususnya memberikan reaksi yang keras atas agressi tersebut. FPI sebagai ormas Islam yang berkedudukan di Indonesia merespon dengan mengumumkan membuka posko-posko untuk pendaftaran mujahidin guna dikirim ke Gaza.
Januari 2009, FPI Aceh sebagai salah satu ujung tombak dalam organisasi adalah salah satu yang menjadi pelaksana dari program rekruitmen mujahidin tersebut. Secara resmi, DPD FPI Aceh membuka posko pendaftaran pada tanggal 10 Januari 2009, bertempat di Mushola Nurul Muttaqin, desa Bathoh Banda Aceh dan Pondok Pesantren Daarul Mujahiddin Lhokseumawe. Dari hasil pendaftaran tersebut berhasil menjaring sebanyak 125 orang mujahidin untuk dilatih dan kemudian bila memenuhi criteria dan sesuai kemampuan yang dimiliki organisasi akan di berangkatkan ke Gaza. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 23-27 Januari 2009 di pesantren Daarul Mujahiddin Lhokseumawe. Pelatihan ersebut berlangsung terbuka dan mendapat liputan dari media local khususnya.
Instruktur dalam pelatihan tersebut adalah seorang yang menawarkan diri untuk menjadi pelatih yaitu Sofyan Asauri, deserter Polisi yang pernah bertugas di Polda Jabar.
Februari 2009, Para peserta pelatihan di Aceh, yang berjumlah lebih kurang 15 orang datang ke Jakarta untuk persiapan berangkat ke Gaza.
15 Februari 2009, sebagaian peserta pelatihan di Aceh yang tengah berada di Jakarta, secara individual tanpa diketahui pimpinan rombongan pergi ke Depok menemui mantan pelatih mereka yaitu Sofyan Asauri.
21 Februari 2009, selesai persiapan untuk keberangkatan ke Gaza yang ditunda karena berbagai alasan, salah satunya serangan Israel atas Gaza telah berhenti, para mujahidin diminta untuk pulang terlebih dahulu ke Aceh, menunggu instruksi dan perkembangan situasi di Gaza lebih lanjut.
Dari 15 orang mujahidin yang datang ke Jakarta, 5 orang pulang ke Aceh dan 10 orang secara diam-diam, tanpa pemberitahuan ke DPP FPI, pergi ke Depok, rumah tempat tinggal Sofyan Asauri, mantan pelatih mereka di Aceh.
10 orang tesebut tinggal selama lebih kurang 1 bulan di rumah Sofyan Asauri dengan biaya yang sepenuhnya ditanggung oleh Sofyan Asauri, termasuk uang saku dan biaya makan serta kebutuhan lainnya.
Februari-Mereka 2009, Selama kurun waktu akhir Februari hingga akhir Maret 2009, 10 orang yang berasal dari Aceh tersebut dilatih dan di indoktrinasi oleh Sofyan Asauri. Adapun salah satu bentuk indoktrinasi tersebut adalah membolehkan cara-cara perampokan untuk membiayai jihad, menyebarkan kebencian dan permusuhan semata-mata atas dasar orang asing.
Adapun pelatihan yang dilakukan adalah melakukan pelatihan menembak dengan menggunakan peluru tajam (peluru asli) di dalam Markas Komando Brimob Kelapa Dua. Masing-masing peserta pelatihan diberikan sekitar 30 hingga 40 peluru tajam untuk latihan menembak tersebut.
Peserta latih juga diberikan uang saku perminggu selama proses pelatihan tersebut.
Dari informasi yang di dapatkan peserta latih, Sofyan Asauri ini secara sengaja meletakan surat pemecatan dari kepolisian untuk di baca oleh peser ta latih, yang berisi bahwa yang bersangkutan dipecat karena terlibat dalam kegiatan jihad, melakukan poligami dan jarang masuk kerja.
Januari 2010, 6 orang dari 10 orang yang mengikuti pelatihan di Depok, kediaman Sofyan Asauri, ikut serta dalam pelatihan militer di Jantho Aceh Besar. Pelatihan kali ini juga di fasilitasi oleh Sofyan Asauri.
Februari 2010, Pelatihan militer di Jantho Aceh Besar disergap oleh aparat keamanan.
Mei 2010, pelatihan Militer di Jantho Aceh Besar dihubungkan dengan penggerebekan kelompok Dul Matin di Pamulang, dan di ekspos oleh kepolisian dan media massa sebagai pelatihan untuk persiapan kegiatan terorisme. [
SI/KN]
Pertanyaannya dari manakah Sofyan Tsauri dapat dana yang begitu besar, untuk merekrut, melatih dan membiayai pelatihan tersebut.
- 4.Sering dikaitkan apabila di Negeri ini ada Kasus besar selalu ditutupi dengan isu terorisme, termasuk Kasus rekening Gendut, sehingga beritanya menghilang begitu saja, karena setiap ada isu terror beberpa media khususnya media TV memblow up secara besar-besaran dan disiarkan berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Oleh karena itu seharusnya Kepolisian secara jujur dan transparan (jangan direkayasa) siapa sebenarnya Sofyan Tsauri dan dari mana dana untuk membiayai latihan tersebut.
Dan juga jelaskan secara jujur dan transparan (jangan direkayasa), jelaskan sejelas-jelasnya rekening Gendut tersebut, kalau memang berasal dari uang haram ya diproses sesuai hukum yang berlaku, secara adil, seharusnya penegak hukum kan harus memberi contoh, jangan rakyat kecil aja yang kalau bersalah dihukum seberat-beratnya karena tak berdaya tak punya uang, sedangkan kalau pejabat cukup dijawab sudah selesai jangan diungkit lagi.
Jelaskan sejelas-jelasnya, agar tidak ada rakyat yang bertanya :
Benarkan isu terror untuk menutupi “ Kasus Rekening Gendut “ atau
Benarkah dana terrorist berasal dari Rekening Gendut ?
Saya ingatkan diatas hukum manusia ada hukum yang paling adil dan semua manusia nanti akan diadili tanpa bisa berbohong sedikitpun, karena mulut-mulut akan dikunci tidak bisa bicara apalagi berbohong, yaitu pengadilan Allah di akhirat, mumpung masih ada waktu bertobat.